Skip to main content

Antara Kambing dan Croissant



Apa hubungan antara kambing dan croissant? Tenang, ini bukan kayak teka-teki receh yang nanya hubungan telepon sama jemuran.

Well, thanks to Facebook yang mengingatkan bahwa sudah pas 2 tahun saya ke kota ini. Sebuah kota kecil di negara Polandia yang namanya Poznan. Ke Poznan memang sudah jadi bagian dari rencana saya waktu tau bahwa dapet kesempatan study abroad ke Ceko. Ada 2 temen —yang saya kenal dari AIESEC kayak yang saya ceritakan di post ini—tinggal di Poznan. Diatur deh waktunya untuk ke Poznan. Masuklah dia ke bagian trip backpacking panjang setelah semester selesai.

Jarak dari Berlin ke Poznan
To be honest, saya ga punya ekspektasi apa-apa sama kota ini. Toh busnya juga murah, waktu itu beli seharga PLN 21 (~80.000 rupiah) dari Berlin. Akomodasi juga ga bayar, hehe, kan nginep di apartemen temen ituuu…

Kita (saya dan 1 temen lagi) sampai di Poznan jam 5 sore. Sampai di terminalnya, temen saya (Marta) udah nunggu. Berangkatlah kita ke apartemennya. Bersih-bersih badan, sambung wifi, rebahan bentar. Lalu keluar cari jajanan. Karena waktu itu summer, jam 7 malem langitnya masih kayak jam 4 sorean. Keliling-keliling makan es krim dan naik tram. Sayangnya, karena trip di Poznan ini ada ‘guide’nya, saya jadi ga hafal jalanan sama sekali. Ga tau harus turun di stasiun mana, atau muter-muter kemana. Manut aja diajak kemana sama si Marta.

Hari kedua adalah hari full day satu-satunya kita disini. Marta bilang dia ga bisa temenin pagi-pagi. Jadilah, kita dioper ke temen saya yang kedua. Namanya Aneta. Jalan-jalan deh ke Old Market Square. Perbandingannya, ini kayak Fatahillah gitu. Ada Town Hall yang sekarang berubah jadi museum sejarah, ada juga kafe-kafe untuk makan cantik. Disinilah si kambing berada, atau lebih tepatnya sepasang kambing.

Keliatan ga itu kambing kecil banget?
Katanya, pada jaman dahulu kala, 2 kambing ini menyelamatkan seorang koki dari amukan netizen. Jadi, tadinya koki ini mau masak kambing gara-gara daging rusa yang harusnya dia masak gosong. Padahal itu makanan buat Walikota dan tamunya, dong. Kambing ini kabur lari ke balai kota (Town Hall) dan naik ke menara. Orang-orang, termasuk si Walikota terkejoot. Pas nengok ke atas, eh 2 kambing ini malah lagi berantem adu-adu tanduk. Alhasil, Walikota dkk jadi terhibur dan maafin kesalahan si koki. Amazing. Katanya lagi, kebetulan saat itu emang lagi dibuat jam untuk balai kotanya. Jadi, ditambahin deh itu kambing 2 biji kayak jam kukuk.

Bareng Aneta di atas kambing
Lanjut. Siang-siang, Aneta bilang harus jemput anak-anak IAESTE nanti. Hmm. Okelah. Pas masuk ke gang-gang sekitar Poznan Town Hall, kita melihat signage kecil yang lucu. Coba dong masuk-masuk ke halamannya, sambil takut-takut dikira mau nyolong apa. Aneta bilang ini Museum Croissant. Whaaat? Dia sendiri juga ga pernah masuk sih, karena biasa yang masuk ke sini anak kecil. Tiba-tiba keluarlah orang. Ngobrol-ngobrol sama Aneta pake bahasa mereka. Lalu Aneta bilang kita boleh join, nanti ada rombongan anak-anak Jerman yang lagi study tour jadi acaranya akan dalam bahasa Inggris. Oke. Sekalian nunggu Aneta jemput anak-anak itu kan ya. Lumayan.

Signage kecil
Sumber: pojedztam.pl
Lupa waktu itu kita bayar berapa, tapi murah. Kalau di websitenya sekarang sekitar PLN 18 (~70.000 rupiah) yaa. Masuklah, dan kita duduk di dalem. Ada kayak tangga berundak untuk kita duduk. Ga lama kemudian, masuklah sekitar 20 orang anak-anak Jerman itu beserta pendampingnya. Hmm… Tingginya ga jauh beda sama saya. Dan kayaknya saya dan temen jadi orang Asia sendiri saat itu. Okelah. Then, the show went on.

Potong adonan pake pedang. Hmm...

Ini belom di'bumbu'in lagi
It was… super! Seriously funny, hands-on, dan insightful. Acaranya kira-kira 45 menit. Awalnya si host cerita bahwa ini croissant bukan sembarang croissant. Namanya St. Martin’s Croissant. Ini adalah croissant yang dilindungi secara hukum di EU! Koki yang buat croissant ini harus berlisensi dan resepnya ga boleh diubah-ubah. Ukurannya pun ga boleh diubah. Setelah dibuat, harus ditimbang lagi. Kalau kurang atau kelebihan beratnya, berarti itu bukan St. Martin’s Croissant. Kalau di google, katanya ada 81 lapisan dan masing-masing ada ingredientnya. Biasanya croissant ini dimakan saat parade St. Martin’s Day di bulan November. Katanya lagi siiih, St. Martin’s Croissant yang autentik cuma bisa ditemukan di Poznan.
Pertunjukkan berakhir dengan croissant testing dan pembagian sertifikat (ga ngerti artinya tapi)! Oye. Saya ini punya palate kayak anak kecil dan ga bisa makan fancy yang aneh-aneh. Tapi beneran ini croissant enaaaak banget dan bahayanya: nagih. Kayaknya makan 1 ini kenyang buat seharian deh. Hehehe…

Kalau ada yang bisa translate, boleh dibantu...
Hari berakhir dengan ketemuan lagi sama Marta, Aneta, anak-anak IAESTE dari Kazakhstan (Vitaliy & Sergey), dan ada lagi Karun dari India. Kita cuma nongkrong, ngobrol, dan merefleksikan kehidupan. Duh. Wkwkwkwx…

That's me yang pake baju oren sendiri!


Regards,
Yang pingin balik lagi ke sana.

Comments

Popular

2019: Visa Studi (Legalisir Akta Lahir & MVV) ke Belanda

Jadi, kali ini saya akan cerita tentang pengalaman membuat visa studi (legalisir akta kelahiran & MVV Belanda) untuk keperluan studi. Saya akan update blog post ini sambil berjalannya proses ini. PENTING!!! Mengurus MVV tidak perlu membawa Akta Kelahiran yang sudah dilegalisir. Jadi, saran saya, sambil memproses legalisir Akta Kelahiran ini, segera jadwalkan appointment di sini . Karena jadwal seringkali penuh. 1. Membuat MVV (machtiging tot voorlopig verblijf) Kali ini saya membuat MVV terlebih dahulu karena setelah mendapat jadwal reschedule, akta kelahiran saya belum selesai proses legalisasi. MVV adalah long-term stay visa yang berlaku selama 3 bulan. Nanti setelah sampai di Belanda, kita harus mengurus ke pemerintah lagi untuk mendapatkan residence permit. Mengurus MVV sangatlah mudah asalkan dokumen lengkap. Dokumen yang dibutuhkan adalah: paspor asli, fotokopi paspor, formulir MVV yang sudah diisi, surat konfirmasi dalam Bahasa Belanda (diberikan oleh universitas)...